BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Konseling realitas dicetuskan
oleh William Glasser, yang merupakan suatu bentuk hubungan pertolongan yang
praktis, relatif sederhana dan bentuk bantuan langsung pada klien. Perkembangan
ini berkembang pada awal tahun 30 an - 60 an. Alasan Glesser mengembangkan
pendekatan ini antara lain ketidakpuasan terhadap pendekatan psikoanalisis
karena pendekatan psikoanalisis kurang efektif dan efisien. Dan tidak setuju
dengan anggapan bahwa pada dasarnya manusia itu baik. Proses pengembangan
Gletser mulai menerbitkan sebuah buku dan dikembangkan di rumah sakit, tetapi
oleh teman-temannya tidak mendapat persetujuan serta dukungan bahkan ditolak
namun hal ini tidak membuat Gletser putus asa. Dan dilanjutkan dengan
mempraktekkan teorinya di V.A. Hospital disana mendapat tanggapan baik yang
akhirnya teori tersebut dapat berkembang serta diterima oleh kolega-kolega yang
bahkan dulu tidak menyetujuinya. Hal ini berdasarkan pada konsep terapi
realitas dimana seorang klien ditolong agar dia mampu menghadapi realita di
masa depan dengan penuh optimis. Konseling realitas berprinsip bahwa seseorang
dapat dengan penuh optimis menerima bantuan dan terapi untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan mampu menghadapi kenyataan tanpa merugikan
siapapun. Konseling realitas lebih menekankan masa kini, maka dalam memberikan
alternatif bantuan tidak usah melacak sejauh mungkin pada masa lalunya,
sehingga yang dipentingkan bagaimana klien dapat sukses mencapai hari depannya,
karena manusia dalam kehidupan mempunyai kebutuhan dasar, yaitu cita dan harga
diri. Setiap orang akan belajar memenuhi kebutuhannya dengan bertingkah laku
normal, yaitu 3 R (Right, Responsibility, dan Reality) dimana masa yang penting
dalam penanaman adalah usia 2-5 tahun dengan peranan orang tua dan sekolah
sebagai faktor yang menentukan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah
perkembangan konseling realitas?
2. Apa konsep dasar konseling kelompok
realitas?
3. Apa tujuan konseling kelompok realitas?
4. Apa saja teknik-teknik dalam konseling
kelompok realitas?
5. Bagaimana situasi hubungan dalam
konseling realitas?
6. Apa peranan konselor dalam konseling
kelompok realitas?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan konseling realitas.
2. Untuk mengetahui konsep dasar konseling
kelompok realitas.
3. Untuk mengetahui tujuan konseling
kelompok realitas.
4. Untuk mengetahui teknik-teknik dalam
konseling kelompok realitas.
5. Untuk mengetahui situasi hubungan dalam
konseling realitas.
6. Untuk mengetahui peranan konselor dalam
konseling kelompok realitas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Perkembangan Konseling
Realitas
Konseling realitas dicetuskan oleh William
Glasser yang lahir pada tahun 1925 dan menghabiskan masa kanak-kanak dan
remajanya di Cliveland, Obio. Pertumbuhannya relatif tanpa hambatan, sehingga
ia memahami dirinya sebagai lelaki yang baik. Glasser meninggalkan kota
kelahirannya setelah ia masuk ke perguruan tinggi. Ia memperoleh gelar sarjana
muda dalam bidang rekayasa kimia, sarjana psikologi klinis dan dokter dari Case
Western Reserve University. Pada tahun 1961 Glasser mempublikasikan konsep
konseling realitas dalam bukunya yang pertama Mental Health or Mental Illness.
Konsep ini diperluas, diperbaiki dan disusun pada penerbitan tahun 1965:
Reality Therapy : A New Approach to Psichiatry. Tidak lama setelah penerbitan
yang kedua ini, Glasser membuka Institute of Reality Therapy yang digunakan
untuk melatih profesi-profesi layanan kemanusiaan. Sebagai kata sambung atas
suksesnya, sekolah-sekolah membutuhkan konsultasi Glasser, dan ia dapat
menyesuaikan dengan prosedur-prosedunya dengan setting sekolah. Ia
mempublikasikan ide ini dalam School Without Failure (1969) dan mendirikan
Educatinal Training Centre yang di dalamnya guru-guru mendapat latihan
konseling realitas.
B. Konsep Dasar Konseling Kelompok Realitas
Konseling Realitas merupakan suatu bentuk hubungan
pertolongan yang praktis, relatif sederhana dan bentuk bantuan langsung kepada
konseli dalam suatu kelompok, yang dapat dilakukan oleh guru atau konselor di
sekolah dalam rangka mengembangkan dan membina kepribadian ataupun kesehatan
mental konseli secara sukses, dengan cara memberi tanggung jawab kepada konseli
yang bersangkutan. Adalah William Glasser sebagai tokoh yang mengembangkan
bentuk terapi ini.
Menurutnya, bahwa tentang hakikat manusia adalah: 1. Bahwa manusia mempunyai kebutuhan yang tunggal, yang hadir di seluruh kehidupannya, sehingga menyebabkan dia memiliki keunikan dalam kepribadiannnya. 2. Setiap orang memiliki kemampuan potensial untuk tumbuh dan berkembang sesuai pola-pola tertentu menjadi kemampuan aktual. Karennya dia dapat menjadi seorang individu yang sukses. 3. Setiap potensi harus diusahakan untuk berkembang dan terapi realitas berusaha membangun anggapan bahwa tiap orang akhirnya menentukan nasibnya sendiri
Menurutnya, bahwa tentang hakikat manusia adalah: 1. Bahwa manusia mempunyai kebutuhan yang tunggal, yang hadir di seluruh kehidupannya, sehingga menyebabkan dia memiliki keunikan dalam kepribadiannnya. 2. Setiap orang memiliki kemampuan potensial untuk tumbuh dan berkembang sesuai pola-pola tertentu menjadi kemampuan aktual. Karennya dia dapat menjadi seorang individu yang sukses. 3. Setiap potensi harus diusahakan untuk berkembang dan terapi realitas berusaha membangun anggapan bahwa tiap orang akhirnya menentukan nasibnya sendiri
C. Karateristik Konseling Kelompok Realitas
1. Menolak adanya konsep sakit mental pada setiap individu, tetapi yang ada
adalah perilaku tidak bertanggungjawab tetapi masih dalam taraf mental yang
sehat.
2. Berfokus pada perilaku nyata guna mencapai tujuan yang akan datang penuh optimisme.
3. Berorientasi pada keadaan yang akan datang dengan fokus pada perilaku yang sekarang yang mungkin diubah, diperbaiki, dianalisis dan ditafsirkan. Perilaku masa lampau tidak bisa diubah tetapi diterima apa adanya, sebagai pengalaman yang berharga. 4. Tidak menegaskan transfer dalam rangka usaha mencari kesuksesan. Konselor dalam memberikan pertolongan mencarikan alternatif-alternatif yang dapat diwujudkan dalam perilaku nyata dari berbagai problema yang dihadapi oleh konseli .
5. Menekankan aspek kesadaran dari konseli yang harus dinyatakan dalam perilaku tentang apa yang harus dikerjakan dan diinginkan oleh konseli . Tanggung jawab dan perilaku nyata yang harus diwujudkan konseli adalah sesuatu yang bernilai dan bermakna dan disadarinya.
6. Menghapuskan adanya hukuman yang diberikan kepada individu yang mengalami kegagalan, tetapi yang ada sebagai ganti hukuman adalah menanamkan disiplin yang disadari maknanya dan dapat diwujudkan dalam perilaku nyata.
7. Menekankan konsep tanggung jawab agar konseli dapat berguna bagi dirinya dan bagi orang lain melalui perwujudan perilaku nyata.
8. Konseling realitas menekankan pertimbangan-pertimbangan nilai. Konseling realitas menekankan pada klien untuk menilai kualitas tingkah lakunya sendiri dalam menentukan apa penyebab kegagalan yang dialami.yang dialami.
2. Berfokus pada perilaku nyata guna mencapai tujuan yang akan datang penuh optimisme.
3. Berorientasi pada keadaan yang akan datang dengan fokus pada perilaku yang sekarang yang mungkin diubah, diperbaiki, dianalisis dan ditafsirkan. Perilaku masa lampau tidak bisa diubah tetapi diterima apa adanya, sebagai pengalaman yang berharga. 4. Tidak menegaskan transfer dalam rangka usaha mencari kesuksesan. Konselor dalam memberikan pertolongan mencarikan alternatif-alternatif yang dapat diwujudkan dalam perilaku nyata dari berbagai problema yang dihadapi oleh konseli .
5. Menekankan aspek kesadaran dari konseli yang harus dinyatakan dalam perilaku tentang apa yang harus dikerjakan dan diinginkan oleh konseli . Tanggung jawab dan perilaku nyata yang harus diwujudkan konseli adalah sesuatu yang bernilai dan bermakna dan disadarinya.
6. Menghapuskan adanya hukuman yang diberikan kepada individu yang mengalami kegagalan, tetapi yang ada sebagai ganti hukuman adalah menanamkan disiplin yang disadari maknanya dan dapat diwujudkan dalam perilaku nyata.
7. Menekankan konsep tanggung jawab agar konseli dapat berguna bagi dirinya dan bagi orang lain melalui perwujudan perilaku nyata.
8. Konseling realitas menekankan pertimbangan-pertimbangan nilai. Konseling realitas menekankan pada klien untuk menilai kualitas tingkah lakunya sendiri dalam menentukan apa penyebab kegagalan yang dialami.yang dialami.
D. Tujuan Konseling Kelompok Realitas
1. Menolong individu agar mampu mengurus diri sendiri, supaya dapat menentukan
dan melaksanakan perilaku dalam bentuk nyata.
2. Mendorong konseli agar berani bertanggung jawab serta memikul segala resiko yang ada, sesuai dengan kemampuan dan keinginannya dalam perkembangan dan pertumbuhannya.
3. Mengembangkan rencana-rencana nyata dan realistik dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
4. Perilaku yang sukses dapat dihubungkan dengan pencapaian kepribadian yang sukses, yang dicapai dengan menanamkan nilai-nilai adanya keinginan individu untuk mengubahnya sendiri.
5. Terapi ditekankan pada disiplin dan tanggung jawab atas kesadaran sendiri.
2. Mendorong konseli agar berani bertanggung jawab serta memikul segala resiko yang ada, sesuai dengan kemampuan dan keinginannya dalam perkembangan dan pertumbuhannya.
3. Mengembangkan rencana-rencana nyata dan realistik dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
4. Perilaku yang sukses dapat dihubungkan dengan pencapaian kepribadian yang sukses, yang dicapai dengan menanamkan nilai-nilai adanya keinginan individu untuk mengubahnya sendiri.
5. Terapi ditekankan pada disiplin dan tanggung jawab atas kesadaran sendiri.
E. Teknik-Teknik dalam Konseling Kelompok Realitas
1. Menggunakan role playing (sebuah permainan yang para pemainnya memainkan
peran tokoh-tokoh khayalan dan berkolaborasi untuk merajut sebuah cerita
bersama) dengan konseli.
2. Menggunakan humor yang mendorong suasana yang segar dan relaks
3. Tidak menjanjikan kepada konseli maaf apapun, karena terlebih dahulu diadakan perjanjian untuk melakukan perilaku tertentu yang sesuai dengan keberadaan klien.
4. Menolong konseli untuk merumuskan perilaku tertentu yang akan dilakukannya.
5. Membuat model-model peranan terapis sebagai guru yang lebih bersifat mendidik.
6. Membuat batas-batas yang tegas dari struktur dan situasi terapinya
7. Menggunakan terapi kejutan verbal atau ejekan yang pantas untuk mengkonfrontasikan konseli dengan perilakunya yang tak pantas.
8. Ikut terlibat mencari hidup yang lebih efektif.
2. Menggunakan humor yang mendorong suasana yang segar dan relaks
3. Tidak menjanjikan kepada konseli maaf apapun, karena terlebih dahulu diadakan perjanjian untuk melakukan perilaku tertentu yang sesuai dengan keberadaan klien.
4. Menolong konseli untuk merumuskan perilaku tertentu yang akan dilakukannya.
5. Membuat model-model peranan terapis sebagai guru yang lebih bersifat mendidik.
6. Membuat batas-batas yang tegas dari struktur dan situasi terapinya
7. Menggunakan terapi kejutan verbal atau ejekan yang pantas untuk mengkonfrontasikan konseli dengan perilakunya yang tak pantas.
8. Ikut terlibat mencari hidup yang lebih efektif.
F. Situasi Hubungan dalam Konseling Realitas
Konseling realitas didasarkan pada hubungan
pribadi dan keterlibatan antara konseli dan konselor. Konselor dengan
kehangatan, pengertian, penerimaan dan kepercayaan pada kapasitas orang untuk
mengembangkan identitas berhasil, harus mengkomunikasikan dirinya kepada
konseli bahwa dirinya membantu. Melalui keterlibatan ini, konseli belajar
mengenai hidup daripada memusatkan pada mengungkap kegagalan dan tingkah laku
yang tidak bertanggungjawab. Kunci konseling realitas adanya
kesepakatan/komitmen dalam membuat rencana dan melaksanakannya. Perencanaan
yang telah dilakukan oleh konseli dinilai positif jika ditulis dalam kontrak.
Dalam konseling realitas ditekankan tidak adanya ampunan (no excuses) ketika
konseli tidak melaksanakan rencananya.
G. Peranan Konselor dalam Konseling Kelompok Realitas
1. Konselor terlibat dengan klien dan membawa klien menghadapi realita. Tugas
utama konselor adalah menjadi terlibat dengan konselinya dan kemudian
menghadapi konseli dengan mengusahakan agar konseli mengambil keputusan.
2. Konselor sebagai pembimbing. Konselor
bertugas melayani sebagai pembimbing untuk membantu konseli menaksir
tingkahlaku mereka secara realistis.
3. Memberi hadiah. Konselor
diharapkan memberi hadiah bila konseli berbuat dalam cara yang bertanggungjawab
dan tidak menerima setiap penghindaran atas kenyataan atau tidak mengarahkan
konseli menyalahkan setiap hal atau setiap orang.
4. Mengajar konseli Beberapa kualitas
pribadi yang harus dimiliki konselor adalah kemampuan untuk mengajar konseli,
untuk mencapai kebutuhan mereka secara terbuka, tidak untuk menerima ampunan,
menunjukkan dukungan yang terus menerus dalam membantu konseli, untuk memahami
dan mengempati konseli, dan untuk terlibat dengan tulus hati.
5. Motivator, yang mendorong konseli
untuk: a) menerima dan memperoleh keadaan nyata, baik dalam perbuatan maupun
harapan yang ingin dicapainya. b) merangsang klien untuk mampu mengambil
keputusan sendiri, sehingga klien tidak menjadi individu yang hidup selalu
dalam ketergantungan yang dapat menyulitkan dirinya sendiri.
6. Penyalur tanggung jawab, sehingga : a)
keputusan terakhir berada di tangan konseli. b) konseli sadar bertanggung jawab
dan objektif serta realistik dalam menilai perilakunya sendiri.
7. Moralis Konselor memegang peranan untuk
menentukan kedudukan nilai dari tingkah laku yang dinyatakan kliennya. Konselor
akan memberi pujian apabila konseli bertanggung jawab atas perilakunya,
sebaliknya akan memberi celaan bila tidak dapat bertanggung jawab terhadap
perilakunya.
8. Pengikat janji (contractor) Artinya
peranan konselor punya batas-batas kewenangan, baik berupa limit waktu, ruang
lingkup kehidupan konseli yang dapat dijajagi maupun akibat yang
ditimbulkannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kelebihan dan
Kelemahan Teknik Konseling Kelompok Realitas
1. Kelebihan :
a. Asumsi mengenai tingkah laku merupakan
hasil belajar.
b. Asumsi mengenai kepribadian dipengaruhi
oleh lingkungan dan kematangan.
c. Konseling bertujuan untuk mempelajari
tingkah laku baru sebagai upaya untuk memperbaiki tingkah laku malasuai. d.
Klien bisa belajar tingkah laku yang lebih realistik dan karenanya bisa
tercapai keberhasilan.
e. Langsung lebih cepat menyadarkan klien
karena menggunakan secara langsung mengajak klien berbuat. f. Bersifat praktis,
luwes dan efektif.
g. Mudah dilaksanakan dan tidak memerlukan
pengetahuan tentang diagnosis.
2. Kelemahan:
a. Teori ini mengabaikan tentang
intelegensi manusia, perbedaan individu dan faktor genetik lain.
b. Dalam konseling kurang menekankan
hubungan baik antara konselor dan konseli, hanya sekedarnya.
c. Pemberian reinforcement jika tidak
tepat dapat mengakibatkan kecanduan atau ketergantungan.
d. Jangka waktu terapi yang relatif pendek
dan berurusan dengan masalah tingkah laku sadar pada konseli.
e. Teknik yang digunakan kurang mampu mengungkapkan data yang dialami dari diri pribadi klien.
e. Teknik yang digunakan kurang mampu mengungkapkan data yang dialami dari diri pribadi klien.
f. Hanya menekankan perilaku tanpa
mempertimbangkan sisi perasaan.
g. Tidak memberikan penekanan yang
cukup pada dinamika tidak sadar dan pada masa lampau individu sebagai salah
satu determinan dari tingkah lakunya sekarang.
h. Bisa terjadi suatu tipe campur tangan
yang dangkal karena ia menggunakan kerangka yang terlampu disederhanakan.
B. Kesimpulan
Pada dasarnya konseling realitas adalah membantu individu mencapai
otonomi. Otonomi merupakan keadaan yang menyebabkan orang mampu melepaskan
dukungan lingkungan dan menggantikannya dengan dukungan pribadi atau diri
sendiri (internal). Kriteria konseling yang sukses bergantung pada tujuan yang
ditentukan oleh konseli. Dalam konseling realitas, pengalaman yang perlu
dimiliki oleh konseli adalah peran konseli memusatkan pada tingkah laku dalam
proses konseling (konseli diharapkan memusatkan pada tingkah laku mereka
sebagai ganti dari perasaan dan sikap-sikapnya), konseli membuat dan
menyepakati rencana (ketika konseli memutuskn untuk bagaimana mereka ingin berubah,
mereka diharapkan untuk mengembangkan rencana khusus untuk mengubah tingkah
laku gagal ke tingkahlaku berhasil), konseli mengevaluasi tingkah lakunya
sendiri, dan konseli belajar kecanduan positif (dalam hal ini Glasser
mengungkapkan pentingnya belajar tanpa kritik dari orang lain dalam setiap
usaha kita.
C. Saran
Sebagai seorang calon konselor kita seharusnya mengetahui dan memahami
mengenai apa itu teknik konseling realitas, karena dapat kita pakai sebagai
model serta mengonfrontasikan klien dengan cara-cara yang bisa membantu klien
menghadapi kenyataan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar tanpa merugikan
diri sendiri ataupun orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Enik Nur Kholidah. 2013. Bahan Ajar
Layanan Konseling Traumatik. Yogyakarta: Universitas PGRI Yogyakarta.
Komalasari, Gantina. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta ; PT Indeks.
http://en.wikipedia.org/wiki/Reality_therapy
http://triyonotriyono.blogspot.com/2013/03/pendekatan-konseling-realitas-dalam.html
http://konselingzone.blogspot.com/2012/04/konseling-realita.html
http://fifisetiadesianti.wordpress.com/2012/03/27/8/
http://id.scribd.com/doc/54478500/Konseling-kelompok
Borgata Hotel Casino & Spa - Mapyro
BalasHapusFind your way 속초 출장안마 around the casino, find where 목포 출장마사지 everything is located, and 문경 출장안마 what's popular around Borgata Hotel Casino & 안동 출장샵 Spa. Mapyro is 경기도 출장마사지 the #1 location for